SWARA MANADONEWS.COM—Warga Nusa Utara yang selama ini telah menetap di luar Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sangihe dan Talaud hendaknya mampu menjaga identitas diri. Pernyataan itu disampaikan Wakil Gubernur Sulut Drs Djouhari Kansi MPd ketika menghadiri Ibadah Syukur di jemaat GMIM Getsemani Bailang Wilayan Manado Utara III, Minggu (17/10).
Dimana 99 persen warga jemaatnya berasal dari Nusa Utara. Sebagai sesama warga Nusa Utara, saya merasa berkewajiban untuk mengigatkannya. Menurut Kansil warga Nusa Utara yang menetap di luar tiga kabupaten kepulauan ini, sering diplesetkan sebagai warga keturunan swis atau warga keturunan turki (Turunan Kite).
Sebutan seperti itu kurang tepat dan konotasinya juga tidak baik, karena dianggap tidak mencerminkan persatuan. “Tetapi sebutan warga Nusa Utara itulah yang tepat, sekaligus mencerminkan adanya persatuan dan kesatuan dari sesama warga,” ujar mantan Kadis Diknas Provinsi Sulut ini.
Untuk itu Kansil berharap julukan–julukan yang tidak mencerminkan sikap persatuan bagi sesama warga Nusa Utara, sebaiknya dihilangkan agar ke depan tidak menimbulkan konotasi yang tidak baik bagi generasi mendatang. Kansil memberi contoh seperti tarian empat wajer, terian tersebut lebih mencerminkan tanda kebersamaan.
Kansil juga mengharapkan warga Nusa Utara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terutama dalam hidup berjemaat harus menjadi contoh dan teladan bagi sesama. “Kembangkan terus sikap mengasihi, menghormati dan gorong royong hadalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya.
Kesempatan itu juga dimanfatkan oleh Wagub Djouhari Kansil guna menyampaikan terima kasih kepada seluruh jemaat yang telah menyukseskan pelaksanaan Pemilukada Gubernur dan Wagub Sulut waktu lalu, sekaligus mempercayakan SHS dan DK sebagai pemimpin Sulut yang baru untuk lima tahun ke depan. Ibadah syukur tersebut dipimpin Ketua BPW Manado Utara III Pdt Robert F Weken Sth, sekaligus membabtis anak dari Ketua Jemaat Getsemani. (otnie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar