Rabu, 14 Juli 2010

Benny Mamoto : Sudah 7 Rekor Dunia di Koleksi Sulut

Gelar Upacara Adat di Watu Pinabetengan
KAWANGKOAN, suara manadonews (14/07/2010)—Kepedulian Dr Benny Mamoto terhadap budaya Minahasa kembali ditonjolkannya melalui pagelaran Seni Budaya Adat yang diadakan baru-baru ini. Bertepat di Desa Pinabetengan pekan lalu, ribuan pengunjung datang ke tempat pelaksanaan acara .Diawali dengan acara ritual pertunjukan Adat Watu Pinawetengan dan berbagai kegiatan lainnya.

Dengan menghadirkan Juri Guinness World Record Sir Alexander Vypirailengko  akhirnya 3 kategori rekor baru kembali dipecahkan di Tanah Minahasa yaitu pemain  Musik Bia terbanyak dan Nasi Jaha serta Kain Tenun terpanjang. Kepada sejumlah wartawan, Mamoto menjelaskan pada beberapa waktu lalu beliau mengusulkan kepada juri apakah ke tiga kategori tersebut bisa dapat penghargaan, dan ternyata bisa.

Kepada Mamoto, Sir Alex mengatakan, kalau untuk kategori musik bia,anggota grup haruslah minimal 200 orang,pada waktu itu juga Mamoto menyanggupi bisa lebih dan ternyata jumlahnya mencapai 339 orang dan mereka pun berasal dari Desa Batu Kecamatan Likupang. Sedangkan untuk kriteria Nasi Jaha menurut Alex adalah baru, karena kalau memasak Nasi 3 ton sudah pernah ada, namun kalau nasi yang di kemas dalam bambu dan memiliki panjang 8 km ini belum ada.

Makanya Sir Alex langsung menyatakan ini rekor baru.  Untuk kategori kain terpanjang sebelunnya sudah pernah ada di India dengan panjang 600 m  namun pengerjaannya dilakukan dengan memakai mesin. Itulah keunggulan kita, lanjut Mamoto bahwa pengerjaan kain kita hanya dilakukan dengan cara manual itu pun dikerjakan selama 3 bulan nonstop, benangnya pun dipintal helai demi helai.

Pada kesempatan ini juga Mamoto mensyukuri  dalam rangka kita mempromosikan Seni Budaya Sulawesi Utara di pentas Dunia berarti hari ini juga 7 Rekor Dunia sudah dimiliki Masyarakat Sulawesi Utara. “Muda-mudahan kedepan juga dengan motivasi dan kreasi baru kita boleh mempromosikan seni Budaya ini,”tandas Mamoto, sembari mengharapkan dunia bisa melihat Sulawesi Utara dengan biaya yang murah dan rendah, namun nilai promosinya tinggi. (raynold loing)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar